oleh Dzikrullah *
Hari-hari ini, sebagian besar anak kita yang duduk di bangku SD sampai SMA memulai liburan kenaikan kelas dan lulusan sekolah. Sebelum berangkat ke Bandung, Pulau Seribu, Jogja atau ke Bukittinggi untuk bersenang-senang, ada baiknya Anda ajak dulu anak-anak kita ke Gedung Tahanan Narkoba Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya. Letaknya di bagian belakang komplek Polda Metrojaya, persis di dekat Masjid Al-Kautsar yang indah dan megah.
Untuk apa?. Untuk berkenalan dengan para pengedar dan pengguna narkotika dan obat-obat terlarang? Bukan!!.
Tetapi untuk berkenalan dan bersalaman dengan ulama dan penjuang Islam yang sedang dizalimi, dipenjara oleh penguasa negeri ini, Habib Rizieq Shihab, ulama pemimpin gerakan 'amar ma'ruf nahiy munkar Front Pembela Islam, dan Munarman, Panglima Komando Laskar Islam serta kawan-kawannya.
Kedua tokoh ini dipenjara karena dituduh mendorong anak buahnya yang sedang berdemonstrasi di depan Istana Presiden menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak, untuk menyerang kelompok demonstran lain Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) yang hendak menyatakan pembelaannya terhadap Ahmadiyah, gerakan yang ajaran sesatnya diaku-akui Islam.
Mengunjungi Habib Rizieq dan Munarman adalah kesempatan yang baik untuk memperkenalkan anak-anak kita kepada kedua tokoh yang melawan kemunkaran dengan tangan ini.
Baik Habib Rizieq dan Munarman sama-sama bukan manusia sempurna. Banyak kekurangannya. Namun di tengah semakin suburnya penyakit al-Wahn (cinta dunia-benci mati) di kalangan tokoh Indonesia, kedua tokoh ini cukup menarik untuk dikenali lebih dekat.
Habib Rizieq Shihab adalah seorang kandidat doktor di Universiti Malaya, Kuala Lumpur. Tesis masternya yang dipuji oleh para guru besarnya itu berjudul “Pengaruh Pancasila terhadap Pelaksanaan Syariat Islam di Indonesia”.
Karena dianggap baik mutu riset dan penulisan tesisnya itu, para guru besar universitas tertua di Malaysia itu langsung mendukung Habib Rizieq meneruskan pendidikannya ke jenjang doktor.
Front Pembela Islam (FPI) yang beliau pimpin sejak tahun 1999 mulai dikenal masyarakat sejak mereka memberantas preman-preman yang menjadi centeng tempat-tempat maksiat di kawasan Jakarta Pusat dan Jakarta Barat.
Salah satu yang dilawannya adalah preman-preman Kristen asal Ambon berjumlah ratusan orang yang “dideportasi” pulang ke kampungnya. Mereka inilah yang kemudian mengobarkan pengusiran dan pembantaian Umat Islam di Ambon Idul Fitri tahun 1999.
Jama'ah FPI menandai keberadaannya di Jakarta sebagai kelompok yang melawan kemunkaran dengan tangan. Dalam praktiknya, FPI selalu memberikan peringatan kepada tempat-tempat maksiat agar menghentikan kegiatannya, terutama di bulan Ramadhan.
Biasanya mereka bergerak setelah peringatan mereka kepada tempat-tempat tersebut dan pemberitahuan mereka kepada pihak kepolisian diabaikan.
Inisiatif FPI tersebut sering disebut anarkisme. Namun, mereka yang menuding demikian belum ada yang benar-benar pernah menghitung betapa besar anarkisme yang diakibatkan tempat-tempat maksiat itu selama bertahun-tahun.
Waktu Tsunami menghancurkan Aceh, para da'i FPI telah mewakili umat Islam Indonesia untuk mengurus ribuan jenazah orang Aceh yang bergelimpangan dan sebagian besar telah membusuk .
Habib Rizieq sendiri turun tangan. Setiap pagi, setelah apel dan memberi nasihat di posko mereka di Taman Makam Pahlawan Banda Aceh, Habib memimpin anak buahnya berjalan kaki ke masjid di seberang posko untuk menunaikan shalat dua rakaat. Baru setelah itu mereka menyebar ke seluruh penjuru Banda Aceh untuk mengurus jenazah-jenazah, membungkusnya, menshalatkannya dan menguburkannya dengan penuh ketelatenan dan kesabaran.
Munarman dulunya dikenal sebagai aktivis HAM sampai ia menjadi Ketua Kontras dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Indonesia. Istri Munarman yang beberapa waktu lalu diwawancarai sebuah stasiun televisi mengatakan, “Sejak mengaji sungguh-sungguh, dia (Munarman) hidupnya lebih teratur dan semakin sayang kepada istri dan anak-anaknya.”
Tahun lalu, didukung oleh beberapa tokoh Indonesia, seperti Ustadz Abu Bakar Baasyir, Munarman membentuk dan memimpin Brigade Pemburu Koruptor (BPK).
Pemuda Palembang kelahiran 1968 itu secara terang-terangan menyebut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai target buruannya, selain para bankir penerima dan pengemplang dana milik rakyat Indonesia lewat Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) seperti Liem Sioe Liong, Hendra Tjipta, dan lain-lain.
Illustrasi Museum "Nahi Mungkar"
Ajaklah anak-anak kita duduk bersama Habib Rizieq dan Munarman di gedung empat lantai itu Polda Metrojaya itu. Setiap hari, kedua tokoh itu menerima tamu hampir tanpa henti sejak jam 10 pagi sampai jam 3 sore.
Sebelum memasuki gedung, Anda akan diminta meninggalkan telefon genggam dan tanda identitas seperti KTP atau SIM di pintu depan yang dijaga dua orang petugas polisi yang ramah dan sopan. Tak usah khawatir. Titipkan saja. Allah yang menjaganya.
Tas dan barang bawaan juga akan dititipkan kepada seorang petugas yang duduk di bagian dalam gedung itu. Setelah tas diberi nama pemiliknya, Anda dan anak-anak Anda akan dipersilakan menemui Habib Rizieq di sebuah ruangan berukuran kira-kira 4x7 meter yang jendelanya sempit dan sengaja dipasang setinggi mungkin.
Di pintu ruangan itu tertera tulisan “ruang rapat”. Para tamu akan dipersilakan duduk lesehan di beberapa lembar tikar dan karpet sederhana. Foto Presiden SBY dan wakilnya Jusuf Kalla yang nampak tersenyum digantung didinding dan di tengahnya ada gambar Garuda Pancasila akan menemani kunjungan Anda sampai pulang.
Jangan lupa bawa koran atau majalah yang bisa Anda gunakan menjadi kipas, karena ruangan tanpa pendingin udara dan kipas angin itu cukup membuat gerah karena panasnya. Tak usah bawa minum. Seorang santri FPI akan menyediakan segelas air minum kemasan untuk Anda dan anak-anak, lengkap dengan sedotan lancipnya.
Biarkan mata jiwa anak-anak Anda yang masih suci merekam wajah Habib Rizieq yang teduh dengan senyumnya yang hangat. Biarkan juga anak-anak Anda merekam suaranya yang ramah saat menanyakan kabar mereka. Biarkan juga mereka merekam suara Habieb Rizieq yang menggelegar saat berbicara tentang kezaliman. Bukan kezaliman atas dirinya, ia tak terlalu pusing. Tetapi kezaliman atas Islam dan umat Islam.
“Orang yang membela Ahmadiyah, yang ajaran utamanya meyakini Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi, sama dengan mengatakan bahwan Muhammad Sallallaahu 'alayhi wa sallam adalah PENDUSTA! Karena beliau mewasiatkan kepada kita, “tidak ada nabi lagi sesudah aku”. Kalau karena melawan kemunkaran itu saya harus masuk penjara, ya sudah.. biarin..” kata Habib Rizieq.
Munarman akan Anda temui di lantai 3 gedung itu. Silakan minta tolong kepada petugas yang berjaga di lantai itu untuk memanggilkan beliau. Sel baja berwarna kecoklatan karena karat akan terbuka pelan saat pria langsing itu keluar dari dalamnya. Kemungkinan besar dia akan mengenakan baju koko berlengan pendek dan bersarung biru putih kotak-kotak. Yang pasti, kenal ataupun tidak Munarman dengan Anda dan anak-anak Anda, pengacara yang sering membeberkan nama-nama LSM penadah uang dari Amerika ini akan menerima Anda dengan senyum ramah.
Seterusnya, nikmati saja pembicaraan yang mengasyikkan dan penuh canda tawa.
Sebelum pulang, ajaklah Habib Rizieq dan Munarman mendoakan anak-anak Anda agar mereka tumbuh menjadi Muslim yang kuat dan pemberani seperti mereka.
Terutama agar mereka berani berpaling dari kenikmatan palsu dunia untuk berpegang teguh pada kebenaran Islam yang memang semakin berat ujiannya.
Jangan khawatir, para Nabi dan Rasul pendahulu kita sudah mengalami hal-hal yang jauh lebih berat dari siapapun di zaman kini. Kalau mau hidup nikmat, nanti di syurga. [www.hidayatullah.com]
dari ambil dari : www.swaramuslim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar