Selasa, 02 September 2008

Muslim Palestina Menjalani Puasa Dalam Suasana Blokade Ekonomi


Umat Islam di Palestina menyambut kedatangan Ramadhan dengan berbagai keluhan dan dalam kondisi semakin memburuknya taraf kehidupan masyarakat. Di Gaza, masyarakat muslim kebanyakan mengeluhkan kelangkaan kebutuhan bahan-bahan pokok karena isolasi Israel sejak tahun lalu, disamping kenaikan harga-harga barang akibat kurangnya suplai barang.

Sementara di Tepi Barat, warga mengeluhkan sikap aparat keamanan Pemerintah PLO yang membatasi aktivitas muslimin menjalankan kegiatan ibadah di bulan Ramadhan, melalui penutupan sejumlah masjid dan pelarangan melakukan kegiatan itikaf.

Iman Ummu Ali (27 tahun), muslimah asal Tepi Barat menceritakan kondisi Tepi Barat bagi keamanan kaum perempuan di saat bulan Ramadhan. Iman mengaku terpaksa harus sholat tarawih di rumahnya, karena pihak aparat keamanan di Tepi Barat menutup ruang sholat khusus bagi wanita di sejumlah masjid dekat rumahnya. Menurut Iman, penutupan itu karena masjid itu dituduh milik kelompok Hamas.

Iman juga mengatakan perempuan yang nekat melakukan shalat Tarawih di malam hari kadang berbuntut penangkapan tidak hanya yang bersangkutan tapi juga keluarganya.

Menurut pengakuan Iman, aparat keamanan di bawah PLO secara sengaja sering menyebarkan berita-berita fitnah dan desas-desus kepada keluarga mertua, untuk menurunkan citra seorang muslimah tertentu yang menjadi target aparat keamanan, umumnya mereka wanita-wanita yang dicurigai menjadi bagian dari kelompok Hamas.

Berbeda dengan para kaum wanita yang mengkhawatirkan penangkapan, Muhammad Abdul Fattah (33 tahun, berprofesi sebagai guru) mengeluhkan sulitnya memperoleh surat-surat kelakukan baik dari pihak lembaga keamanan. Hal ini tidak saja dialami dirinya, tapi siapa saja yang dicurigai sebagai bagian dari aktivitas Hamas

Menurut Muhammad Abdul Fattah, Tepi Barat telah berubah menjadi mirip negara Polisi. Seluruh aktivitas warga harus sepengetahuan aparat keamanan, khususnya dinas intelijennya. Bahkan, untuk membuka daurah menghapal Al Quran saja harus seijin dari intelijen.

Mengenai kondisi ekonomi di Tepi Barat, Hibbah Muhammad mengeluhkan adanya kenaikan harga-harga kebutuhan barang pokok yang rata-rata mencapai 50 %. Menurut Hibbah, dirinya bersama dengan warga Tepi Barat lainnya telah berulang kali meminta kenaikan gaji kepada Pemerintah Palestina di Ramallah, tapi selalu ditolaknya dengan alasan anggaran yang tidak mencukupi.

Hibbah sangat heran terhadap perilaku pemerintah Ramallah yang menutup sejumlah LSM dan ormas Islam yang menyalurkan dana bantuan kepada para warga. Alasan pemerintah PLO, masalah pemberian bantuan kepada warga adalah tanggung jawab pemerintah bukan ormas atau yayasan tertentu. Hibbah menilai, sikap pemerintah Palestina itu dilatarbelakangi persaingan politik antara Hamas dan Fatah.

Jika pendistribusian bantuan kepada warga ditangani oleh Pemerintah PLO biasanya hanya dibagikan kepada orang-orang yang pro pemerintah saja, sementara warga muslim di Tepi barat yang menjadi anggota Hamas biasanya tidak mendapatkan jatah bantuannya.


Di Gaza

Kondisi yang sama juga terjadi di Gaza. Mayoritas penduduk Gaza mengeluhkan kelangkaan barang-barang kebutuhan pokok dan tingginya , akibat blockade Israel..

Abu Ibrahim, salah satu pegawai di Gaza, kepada Ikhwanonline mengatakan meskipun telah dibantu oleh Pemerintah namun jumlah bantuan dan gaji itu sangat tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, karena tingginya harga-harga kebutuhan bahan pokok di Gaza akibat blokade ekonomi Israel.

Sebagai contoh, lanjut Ibrahim, sepotong keju kuning harganya saat ini mencapai 150 Sikel (sekitar 40 USD), padahal tahun lalu hanya 100 Sikel. Abu Ibrahim meminta agar blokade ekonomi Israel itu segera dibuka.

Sementara itu, Amal Abdurrahman (45 tahun) menyatakan akibat blokade ekonomi Israel seluruh suplai bahan kebutuhan pangan berasal dari Israel dan itu pun jumlahnya sangat sedikit.

“Israel mengingingkan penduduk Gaza tidak hidup tapi juga tidak mati,” kata amal kepada Ikhwanonline.

Selain masalah pangan, penduduk Gaza juga menghadapi kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan gas, listrik dan bensin karena sedikitnya suplai dari Israel. [syarif/ikw/www.suara-islam.com]

Tidak ada komentar: